
Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Yesus Kristus Kepala Gereja yang telah memimpin Jemaat Bukit Zaitun memasuki bulan ke 5 ( Mei ). Dari catatan perjalanan pelayanan dan pembinaan umat/jemaat Tuhan di Tahun 2009 tercatat bahwa sebagai jemaat, kita telah melewati beberapa event/peristiwa penting sepanjang bulan Januari s/d Mei 2009 seperti : HUT ke 24 PAR (15 Februari), HUT ke 23 PERPRI (20 Februari), HUT GPI Am ke 404 ( 27 Februari), Minggu-minggu Sengsara, Jumat Agung, Paskah dan kini akan memasuki beberapa peristiwa penting di Bulan Mei, antara lain Hari Buruh Internasional se-dunia ( 01 Mei ), Hari Pendidikan Nasional ( 02 Mei ), HUT ke IV GPI Papua Jemaat Bukit Zaitun ( 15 Mei ), Hari Buku Internasional ( 17 Mei ), Hari Kebangkitan Nasional ke 101 ( 20 Mei), Perayaan Hari Kenaikan Yesus ke Sorga ( 21 Mei ), HUT ke 24 GPI Papua dan HUT ke 59 PGI ( 25 Mei ) dan Perayaan Hari Pentakosta pada ( 31 Mei ).
Bahwa segala sesuatu yang telah dilewati bersama sampai dengan akhir April 2009 sepatutnya disyukuri, sekaligus berupaya membangun sikap bijak untuk memasuki dan menggumuli lagi pelayanan dan pembinaan umat di bulan mei. Sikap bijak yang dimaksud mesti menjadi bagian dari tiap individu/pribadi, keluarga, sektor, wadah-wadah pelayanan dalam lingkup jemaat GPI Papua Bukit Zaitun. Persoalannya ialah dengan membangun sikap bijak berbagai masalah dapat diatasi, diantisipasi dan diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Memang pergumulan yang kita hadapi berat dan menantang. Untuk itu dibawah sorotan tema sentral GPI Papua “Iman tanpa perbuatan adalah mati” dan tema gumulan bulanan Jemaat GPI Bukit Zaitun di bulan ini “Persekutuan yang saling membaharui” kita berupaya/bertekad memperkuat kelakuan etik moral dan spiritual umat untuk menghadapi berbagai kenyataan, sehingga umat tidak mudah goyah dan putus asa, tetapi tetap berpengharapan menghadapi dan menjalani hidup ini dengan tetap bersuka cita dan bersyukur, karena penyertaan Tuhan selalu nyata, bahkan kasih penyertaanNya selalu baru tiap hari.
Tema bulanan di bulan Mei ini “Persekutuan yang saling Membaharui” mengingatkan kepada kita bahwa:
- Sebagai satu persekutuan umat Tuhan, setiap pribadi dalam lingkup persekutuan hendaklah saling punya kepedulian satu dengan yang lain, dengan cara saling menegur, menasihati, saling menguatkan, saling menggembalakan dan saling menguatkan antara satu dengan yang lain demi tercipnya hidup baru sebagai umat Allah.
- Setiap orang hendaknya koreksi dan evaluasi demi pembaharuan hidup kedepan. Pembaharuan adalah amanat tekad dan komitmen untuk bertobat, meninggalkan pola hidup lama yang memberontak terhadap Allah menuju hidup baru yang taat dan setia memberlakukan kehendak Allah dalam kata dan perbuatan yang memuliakan Allah dan mensejahterakan hidup sesama
Semoga penyajian materi Renungan Harian ini akan menolong kita untuk mewujudkan sikap hidup yang saling membaharui. Tuhan memberkati.
GEREJA PROTESTAN INDONESIA DI PAPUA
GEREJA BAGIAN MANDIRI GEREJA PROTESTAN DI INDONESIA
Anggota Persekutuan Gereja – gereja di Indonesia
”JEMAAT BUKIT ZAITUN”
Jl. Sungai Tami No 14 Dok VIII, Telp (0967) 542131-544411,
E-mail:gpi.bukitzaitun@gmail.com
Blog : http://gpibukitzaitundokviii.blogspot.com
SEBENING KATA
Suatu suka cita besar telah Tuhan berikan kepada kami GPI Papua Jemaat Bukit Zaitun, dimana menjelang HUT yang ke 5 kami hadir kembali dengan nuansa baru yaitu menghadirkan sebuah Buku “Renungan Jemaat”, sebagai upaya untuk memotivasi kita semua rajin bersekutu berkomunikasi dengan Tuhan melalui Saat Teduh. Kami percaya bahwa tanpa campur tangan Tuhan semua ini tak akan berhasil. Oleh sebab itu ijinkan kami untuk selalu berbuat yang terbaik melalui pelayanan kami ditengah-tengah jemaat.
3 (tiga) hal yang utama dalam melakukan Saat Teduh adalah:
- Berdoa sebelum membaca Firman Tuhan dari Renungan Jemaat ini, untuk memohon kekuatan Roh Kudus membantu dan memimpin kita untuk mengerti dan memahami kebenaran Firman Tuhan
- Membaca ayat demi ayat dengan penuh kesungguhan, lalu kaitkan itu dengan renungan singkat yang ada dalam buku ini.
- Praktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari baik dirumah, tempat kerja, sekolah, kampus ataupun dilingkungan tempat kita berada
Biarlah Kasih dan Karunia Tuhan menyertai kita dalam Saat Teduh selama bulan Mei ini,...Syalom Tuhan memberkati.
Penulis :
Pdt.Ny.H.Lesilolo (HLS) Dkn. Julius Ayhuan (JAY)
Pnt. Yardi Patikayhatu (PYP) Dkn. Allen Riry (ARY)
Pnt. Yunus Patikayhattu (YNP) Dkn. Yoppi Pattinama (YOP)
Pnt. Audhie M Sohilait (AMS) Dkn. Ny. A. Soplanit (ASO)
Pnt. Christ Nahuway (CHN) Dkn. Ny. Henny Burung (HNB)
Pnt.Ny.M. Somalay (MMS) Dkn. Ny. F. Rieuwpassa (FRW)
Pnt. Ny. M. Leiwakabessy (MML) Dkn. Ny. E. Oppier (ESO)
Pnt. Ny. Y. Titalessy (YYT) Vic.Megiana Afdan (VIC)
Jumat, 01 Mei 2009
IMAN YANG BERGANTUNG PADA HIKMAT
DAN KEKUATAN ALLAH
I Korintus 1:18-2:5 (Ayat 4-5)
Setiap orang punya kelebihan maupun kekurangan didalam hidupnya. Hal ini mempengaruhi penampilannya, cara kerjanya, serta berbagai aktifitas lainnya. Ada satu hal menarik yang kita lihat dari Rasul Paulus yang terungkap dalam bagian Alkitab ini adalah, ketika ia berhadapan dengan begitu banyak orang pintar dan berilmu di Korintus, dimana ia tidak menunjukkan kemampuannya yang berlebihan, malahan ia katakan, aku datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar, aku hanya mengandalkan kekuatan Roh Kudus. Apa artinya?, artinya bahwa Paulus sangat sadar bahwa tugas yang diembani ini punya Tuhan dan yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Karena itu tidak ada yang dapat dibanggakan dari dirinya sebagai alat dalam tangan Tuhan. Itulah ciri dari orang yang memiliki dan mengandalkan hikmat Tuhan, Selalu rendah hati, penuh pengertian, menghitungkan untung rugi dari sebuah kebijakan, serta penyabar dan cinta damai. Sebab jika kepintaran berhadapan dengan kepintaran hasilnya adalah persaingan yang tidak sehat dan penonjolan diri, bahkan tidak ada yang mau mengalah.
Menjadi orang pintar perlu, menjadi orang terhormat perlu, punya kedudukan dan terpandang juga perlu, tetapi yang lebih penting ketika kita menyadari bahwa itu semua adalah karena kasih karunia Allah yang mesti diberdayakan demi kepentingan banyak orang. Saling menasehati, saling menopang, punya kepedulian satu terhadap yang lain (suami istri, anak, orang tua, saudara dan sesama). Dan ini berarti semua yang kita lakukan berdasarkan iman yang bergantung penuh pada Tuhan dan bukan kepada hal-hal lain yang menjadi kebanggan kita sebagai manusia. Ini yang dikehendaki Rasul Paulus melalui pemberitaannya. Sebab apa? Sebab semua yang kita miliki, alami dan nikmati dalam hidup ini adalah anugerah dan pemberian Allah dalam Yesus Kristus dan kepadaNya nanti kita akan memberi pertanggungjawaban. Sebab itu marilah kita dasari seluruh perjalanan, tugas dan pengabdian kita dengan bergantung sepenuhnya pada hikmat Allah dan kekuatan Allah, sebab Dia-lah Sumber Hidup kita...Amin
HSL
Sabtu, 02 Mei 2009
HIKMAT ALLAH DAN KEMULIAAN KITA
I Korintus 2 : 6 - 9 (Ayat 7)
Bayangkan bagaimana reaksi seorang anak ketika dibelikan baju, tas atau sepatu baru, pasti terpancar dari ekspresi wajahnya, sebuah kegembiraan, keceriaan, dan hati yang senang. Sebab biasanya yang baru itu kalau dikenakan, membuat penampilan orang/ anak akan sedikit berbeda, tetapi berbeda ke arah yangbaik/bagus dan menyenangkan. Begitu juga dengan kehidupan orang-orang Kristen/rumah tangga dan orang-orang yang berimankan Tuhan Yesus.
Kita tahu bahwa sebelum dunia dijadikan, kita sudah punya status yang baru sebagai orang-orang pilihan Allah. Artinya dalam rencana penyelamatan Allah itu, kita sudah diperhitungkan sebagai anak-anaknya, umatnya untuk meneruskan seluruh karyaNya melalui hidup dan kerja kita. Ayat emas kita katakan bahwa Hikmat Allah yang diberitakan Rasul Paulus itu tersembunyi dan menjadi rahasia bagi dunia, tetapi yang disediakan Allah bagi kemuliaan kita (ayat 7).
Itulah hikmat Allah yang tidak dapat diselami oleh akal manusia. Allah menyediakannya bagi kita sebelum kita ada dan ketika kita masih hidup dengan kehidupan dalam dosa. Karena itu hikmat Allah yang diberikan kepada kita, mestinya diterima dengan ucapan syukur dan terus memeliharanya dalam hidup, kerja dan usaha serta berbagai perjuangan/pergumulan kita dengan mewujudkan hidup yang saling mengasihi, menghargai, dan menghormati satu dengan yang lain. Dengan demikian maka hidup yang saling mempersalahkan, mencurigai, melecehkan dapat dihindari dari pola hidup secara bersama demi mencapai masa depan yang lebih baik, hidup dalam kebersamaan, penuh cinta kasih persaudaraan. Janganlah kita mengaburkan kemuliaan Allah dalam hidup kita, apapun persoalan dan pergumulan yang kita hadapi, kemuliaan Allah harus menjadi dasar dan pedoman dalam hidup pribadi dan keluarga kita.
Keluarga kita harus menjadi tempat pertama dan utama, sehingga orang lain dapat melihat kemuliaan Allah, agar merekapun dapat memuliakan Allah serta mencari dan melakukan kehendakNya.
HSL
Minggu, 03 Mei 2009
KEPENUHAN HIDUP DALAM KRISTUS
Kolose 2 : 6 – 7
Kita adalah orang-orang yang paling beruntung, karena kita percaya dan memiliki Kristus, Tuhan yang bangkit dan hidup dan bukan Tuhan yang mati. Itulah dasar keyakinan dan kepercayaan kita yang mesti diwartakan kepada semua orang melalui kata dan perbuatan yang nyata.
Karena itu Rasul Paulus menasihati semua orang Kristen yang telah menerima Kristus dalam hidupnya, hendaklah tetap hidup dalam Dia, berakar dan dibangun diatas Dia, sama seperti pohon besar yang berakar didalam tanah dan mengisap makanannya dari sana, begitulah orang Kristen harus berakar didalam Kristus sebagai sumber kehidupan dan kekuatannya.
Sama seperti rumah yang berdiri teguh karena dibangun diatas landasan yang kokoh, begitulah kehidupan orang Kristen, akan tetap kuat saat menghadapi segala badai karena berdiri pada dasar dan kekuatan yang kokoh yaitu Kristus.
Kristus adalah sumber kekuatan, sumber motivasi dan landasan bagi kemantapan imannya. Hanya dengan menjadikan Kristus sebagai jawaban atas segala persoalan kehidupan, maka orang Kristen akan tetap bertambah teguh dalam iman dan pengharapan. Paulus menasihati bahwa hendaklah kita menjadi orang kristen yang sejati, yang memegang teguh ajaran yang pernah diajarkan dan berpegang teguh pada iman yang telah diterima. Keteguhan iman ini akan tetap nyata ketika masalah dan tantangan menghimpit dan menekan.
Hidup akan semakin teguh berdiri diatas Yesus Kristus yaang adalah Tuhan Penyelamat dan penebus yang hidup. Dengan demikian hal yang paling penting bagi orang Kristen/pribadi dan keluarganya adalah menjadikan hidup ini, hidup yang saling mengingatkan, saling menegur agar berbagai permasalahan yang dihadapi tidak membuat kita saling menyalahkan tetapi sebaliknya dengan iman yang teguh, masalah akan merupakan kenyataan untuk menyatukan kekuatan, untuk saling menopang, dan menjadi sebuah kekuatan yang sangat solid untuk bersaksi/mewartakan kasih Tuhan dan kuasa Allah bagi dunia.
Sebagai orang beriman kita harus terus memuji dan memuliakan Allah dalam Yesus Kristus, yang oleh-Nya mengalirlah segala berkat. Memuji dan memuliakan Allah adalah wujud dari hidup didalam Dia, berakar dan bertumbuh diatas Dia.....Amin
HSL
Senin, 04 Mei 2009
HIDUPLAH SEBAGAI TELADAN BAGI ORANG LAIN
Roma 2:17-24
Ketika kita membaca Roma 2:17-24, maka kita akan menemukan kritik Rasul Paulus kepada orang-orang Yahudi yang salah memanfaatkan keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada mereka. Dari sisi historis/sejarah orang-orang Yahudi dikenal sebagai orang-orang terkemuka yang dipilih Allah sebagai contoh/teladan bagi dunia kepada orang-orang yang bukan Yahudi. Namun menyedihkan, karena mereka gagal menjadi contoh/teladan bagi dunia orang yahudi.
Indikator kegagalan itu ditegaskan dalam ayat 21-23. ”Jadi bagaimana engkau yang mengajar orang lain, tidakkah engkau mengajar dirimu sendiri? Engkau yang mengajar ”jangan mencuri” mengapa engkau sendiri mencuri. Engkau yang berkata ”jangan berzinah” mengapa engkau sendiri berzinah? Engkau yang jijik segala berhala, mengapa engkau sendiri merampok rumah berhala? Engkau bermegah atas Hukum Taurat, mengapa engkau menghina Allah dengan melanggar Hukum Taurat itu? Malah dalam ayat 24 ditegaskan bahwa karena kamulah (orang Yahudi) maka nama Allah dihujat diantara bangsa-bangsa.
Sebenarnya kritik yang dihadapkan Rasul Paulus, terkait dengan lingkungan hidup ke-Yahudian, justru menjadi bahan pembelajaran bagi kita, untuk tidak mencontohi gaya hidup yang duniawi. Dan sebetulnya kenyataan yang dibeberkan oleh Rasul Paulus, memberi indikasi terjadinya kesenjangan antara ibadah ritual dengan ibadah sosial, dalam artian bahwa orang memahami ibadah ritual di gereja, ibadah sektor dan wadah-wadah kategorial yang justru dipahami terkait dengan urusan sorgawi yang tidak punya keterkaitan dengan ibadah sosial yaitu kehidupan sehari-hari ditengah keluarga, gereja dan masyarakat.
Karena itu sebagai persekutuan hidup yang terkecil yakni Keluarga, kita diingatkan untuk membangun hidup yang saling peduli, saling memperhatikan, antar suami-istri, orang tua dan anak agar kata dan perbuatan hidup kita dalam keseharian mencerminkan sikap hidup yang takut akan Tuhan, yang berjalan menurut firmanNya. Dengan maksud bahwa ibadah ritual yang khusyuk di tempat ibadah, menjadi nyata dalam perilaku hidup kita sesehari. Hidup Kristiani yang selalu berupaya jauh dari penyimpangan terhadap kebenaran firmanNya yang menuntun kita kepada kebenaran.....Amin
HSL
Selasa, 05 Mei 2009
JADIKAN HATI SEBAGAI PUSAT KENDALI HIDUP
Roma 2 : 25 - 29
Bagian Firman Tuhan ini, sebetulnya berbicara tentang hal bersunat dan tidak bersunat. Namun resiko sunat ialah siap menjalankan hukum taurat secara konsekuen dan konsisten, dalam kata maupun perbuatan. Kenyataan membuktikan bahwa orang Yahudi justru banyak melanggar hukum sekalipun mereka bersunat. Pada konteks inilah Rasul Paulus mengkritisi perilaku ke-Yahudian, yang memahami dan memperlakukan sunat hanya dalam bentuk yang lahiriah sifatnya. Dan karena itu pikiran Rasul Paulus tentang sunat menegaskan bahwa: sebetulnya bukan sunat lahiriah (jasmani) sebagaimana yang terjadi pada orang Yahudi, tetapi sunat yang dimaksudkan Rasul Paulus adalah ”sunat hati” ataupun sunat rohani. Dimana sunat hati menunjuk kepada pembaharuan hati, yang kemudian merambat pada proses pembaharuan pikiran, sikap, tutur kata dan perbuatan. Malah cara hidup dalam konteks sunat hati justru mengisyaratkan bagi kita adanya pertobatan.
Konsekuensi dari pertobatan itu ialah mampu mengendalikan diri dalam berbagai ungkapan kata dan sikap dalam situasi apapun, agar keberadaan kita tidak menjadi pemicu timbulnya perselisihan, pertengkaran dan perpecahan. Alkitab menegaskan bahwa fungsi hati adalah:
- pusat pengambilan keputusan moral
- pusat kendali hidup manusia.
Karena itu sebagai keluarga Allah kita dituntut setiap saat untuk menyunatkan hati kita. Maksudnya adalah supaya kita senantiasa membaharui hati, membaharui budi sebagai fokus/pusat gerak hidup, bahkan pusat pengambilan berbagai keputusan dan kebijakan. Mengapa harus seperti itu? Sebab dengan pembaharuan hati dan budi akan memberi warna bagi pembaharuan totalitas hidup sebagai pribadi/ keluarga dan umat Allah demi terciptanya zona hidup yang damai, penuh pengabdian bagi sesama dan terlebih mempersembahkan kemuliaan bagi Tuhan.
Amin.
HSL
Rabu, 06 Mei 2009
BERUPAYALAH HIDUP DENGAN SEMPURNA
Kolose 1 : 24 – 2 : 5
Menarik untuk disimak bahwa Rasul Paulus melukiskan perasaannya sebagai pelayan dan Hamba Yesus Kristus yang berjuang habis-habisan untuk kepentingan kemuliaan Kristus dan kepentingan pembangunan jemaat sebagai Tubuh Kristus.
Dalam misi Rasul Paulus sebagai hamba dan pelayan, ia dengan penuh kesungguhan berperan dalam proses pemberitaan Injil Kristus, namun ia mengakui bahwa tidak kurang tantangan dan ancaman yang melanda kehidupannya. Malah ia menyaksikan bahwa penderitaan yang dialaminya merupakan bagian integral (utuh) dari penderitaan Kristus. Karena itu Rasul Paulus menasihati jemaat bahwa apabila Kristus yang diberitakan, disertai nasihat dan ajaran yang disampaikan kepada tiap orang dengan penuh hikmat justru bermaksud menuntun tiap orang kepada kesempurnaan didalam Kristus. Agaknya nasihat Rasul Paulus ini juga terasa bermakna bagi iklim kehidupan sebagai pribadi dan keluarga Allah. Mengapa demikian? Sebab sebagai jemaat yang mandiri yng akan memasuki usia ke 4 (tanggal 15 Mei) nanti, kita menyadari bahwa gaya hidup sebagai umatnya/pelayan dan warga jemaat masih jauh dari kesempurnaan.
Mungkinkah hal ini disebabkan kita kurang memahami kehendak Tuhan melalui ajaran Yesus yang penuh hikmat itu, sehingga gaya hidup kita tidak jauh berbeda dengan duniwi. Tetapi yang seharusnya terjadi ialah bahwa dalam perjalanan pelayanan baik kita sebagai pelayan, warga jemaat bahkan sebagai pribadi dan keluarga Allah, kita harus hidup dalam hal taat dan setia pada firman Allah, sehingga sikap yang matang turut menjadi pola hidup kita menuju ke arah kesempurnaan melalui suatu proses yang panjang yaitu proses tumbuh dan berakar dalam ajaran-ajaran sehat yaitu ajaran Yesus Kristus.
HSL
Kamis, 07 Mei 2009
MEMBANGUN KEHIDUPAN BERSAMA DIATAS DASAR IMAN
Yudas 1 : 17 – 25
Setiap kita terpanggil dan diberi tanggungjawab untuk membangun suatu kehidupan, dimana kehidupan yang dibangun tersebut bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga mesti ada dalam kebersamaan dengan orang lain. Didalam menciptakan kebersamaan hidup tersebut, kita perlu berjaga-jaga/mawas diri agar kebersamaan itu dapat mendatangkan keselamatan yang dapat dinikmati secara bersama. Kehidupan dan keselamatan yang dapat dinikmati secara bersama itu haruslah didasarkan pada iman, yaitu iman yang benar kepada Yesus Kristus.
Bahwa kematian dan kebangkitan Yesus memungkinkan semua manusia memperoleh keselamatan. Karena itu dalam ayat 20 dikatakan, ”akan tetapi kamu, saudaraku-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu diatas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam roh kudus”, hendak mengajak kita untuk membangun hidup dengan segala upaya dan tindakan yang didalamnya mencakup juga perjuangan untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan bagi manusia dan alam semesta, adalah wujud tanggungjawab iman kita kepada Yesus Kristus. Dengan demikian segala sesuatu yang kita lakukan mesti didasarkan pada kehendak Allah didalam Kristus, dan bukan pada kehendak kita sebagai manusia.
Tugas membangun hidup yang adil dan sejahtera, mesti lahir dari kesadaran iman yang tangguh kepada Yesus Kristus, yang juga berjuang untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi segala makhluk tanpa membeda-bedakan. Hal ini menjadi tanggungjawab bersama yang dimulai dari dalam keluarga (suami-isri, anak, orang tua) yang berperan aktif dalam menciptakan hidup yang penuh kasih, dimana komunikasi terbuka antar anggota keluarga menjadi yang pertama dalam upaya mewujudkan kebersamaan yang bernuansa keadilan dan penuh keharmonisan.
Sebagai orang-orang percaya yang berimankan Yesus Kristus, harus selalu siap memberikan respons atas semua kenyataan hidup, baik dengan sesama, maupun dengan alam ciptaan Tuhan disekitar kita, agar tugas melestarikan lingkungan hidup menjadi tanggungjawab bersama. Sebab banyak manusia yang sekaran ini hidup dalam penderitaan akibat ulahnya sendiri. Oleh karena itu perlu untuk selalu membangun kesadaran guna terciptanya kehidupan bersama diatas dasar iman demi keselamatan hidup bersama umat ciptaan Tuhan.
HSL
Jumat, 08 Mei 2009
BUKALAH HATIMU TERHADAP DIDIKAN
Amsal 13 : 1 – 3
Anak yang dengar-dengaran terhadap didikan orang tua atau selalu menerima nasihat orang tua pasti akan memperoleh masa depan yang baik. Dikatakan demiian sebab semua orang tua tentu selalu mendidik dan menasihati anak-anaknya supaya rajin belajar, disipilin, tekun, jujur, sopan, tidak nakal, tidak suka berbohong dan sebagainya. Namun dalam kenyataan, masih banyak anak yang tidak suka mendengar atau menerima nasihat orang tua. Mereka akan menutup telinga, atau bersikap acuh tak acuh, berbalik menjawab jika dinasihati, bahkan yang menyedihkan ada juga anak yang suka mengeluarkan kata-kata kotor berupa cacian dan makian, ejekan bahkan sindiran kepada orang tuanya, atau bahkan orang lain atau temannya sendiri yang ingin menasihatinya. Akibatnya mereka dipukuli atau terlibat perkelahian, karena orang yang dimaki/dilecehkan itu tidak dapat menerima perlakuan tersebut.
Sebaliknya ada orang tua atau orang dewasa yang tidak bisa menjaga mulut, menguasai diri, suka bertengkar, suka ngerumpi, yang tanpa disadarinya telah memberikan contoh yang buruk bagi anak-anaknya. Anak-anak sering meniru dan melakukan perilaku hidup yang jelek tersebut. Dewasa ini dengan sarana komunikasi yang canggih (HP) orang bisa ber-SMS, menjelekkan sesamanya. Hal ini tentu dapat menimbulkan permusuhan dan merusak hubungan persaudaraan, hubungan atar tetangga, sahabat dengan sahabat, teman kerja dan sebagainya.
Jika demikian maka hidup ini sudah tidak lagi tenteram. Tidak ada kedamaian dan suka cita dalam kehidupan bersama. Bathin menjadi tersika, dan hubungan antar sesama menjadi kacau. Oleh sebab itu dengan merujuk pada firman Tuhan tadi ”siapa menjaga mulutnya, memelihara nyawanya. Siapa yang lebar bibir akan ditimpa kebinasaan” hendak mengisyaratkan kepada kita bahwa pembinaan dan pendidikan dalam keluarga yang bersumber pada takut akan Tuhan akan mengantar setiap orang untuk hidup penuh rasa hormat dan saling menghargai. Sehingga dalam perjumpaan dengan siapapun, mulut dan seluruh eksistensi/keberadaan hidup kita selalu memuliakan Tuhan dan membawa berkat bagi banyak orang....amin
Sabtu, 09 Mei 2009
RAJIN BEKERJA, HIDUP TENTERAM
Amsal 12 : 24 – 28
Bacaan hari ini mengajari dan mengingatkan kita bahwa orang yang malas tentu akan mengalami kesusahan. Orang yang malas bekerja tidak akan memperoleh makanan serta kebutuhan lain atau apapun yang dicarinya. Orang yang malas belajar tidak akan sukses, atau akan mengalami kegagalan dalam menggapai cita-citanya. Sebaliknya orang yang rajin bekerja, tekun belajar dan selalu berusaha, pasti memperoleh jawaban, keberhasilan dan harta yang berharga.
Harta yang berharga itu bukan saja diukur dengan uang, kekayaan, harta benda atau materi, melainkan karena kehormatan dan kemuliaan yang diperoleh dari hasil melakukan kebenaran.
Orang yang berjalan dijalan kebenaran adalah mereka yang bekerja dengan jujur, setia, disiplin, tidak menunda-nunda pekerjaan yang harus dikerjakan pada waktunya. Sedangkan seorang pemalas suka bermalas-malasan, sehingga ia tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya tepat pada waktunya yang telah ditentukan.
Menjadi orang berhasil/sukses tidak semudah yang dibayangkan. Banyak tantangan dan hambatan yang akan hadir mewarnai jalan yang ditempuh. Tetapi belajar dari Yesus Kristus, Tuhan yang bekerja dan terus bekerja untuk menghadirkan keselamatan bagi manusia, yang mengatasi dan menyelesaikan berbagai tantangan dan masalah, menderita, bangkit dan hidup, bahkan melalui kemenangannya itu menghadirkan hidup yang berkelimpahan, penuh pengharapan. Sehingga memberi motivasi kuat bagi setiap orang untuk tidak bermalas-malasan dalam menjalani setiap tanggungjawab hidup ini, tetapi terus berjuang agar hidup dan masa depannya gemilang dan bahagia.
Ingat bahwa di jalan kebenaran terdapat hidup, tetapi jalan kemurtadan menuju pada maut.......Amin
Minggu, 10 Mei 2009
TAATI PERINTAH DAN TURUTI AJARAN
MAKA HIDUPMU BAHAGIA
Amsal 6 : 20 - 24
Setiap orang tua memiliki cara tersendiri untuk mendidik anak-anaknya. Ada yang kasar tetapi ada juga yang lembut. Tetapi ada juga yang kadang kasar dan kadang lembut, sesuai masalah dan situasi yang dihadapi. Namun terlepas dari semuanya itu, hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah tujuan dari pendidikan dan pembinaan yang hendak dicapai yaitu supaya anak-anak bisa hidup baik (berkenan di hati Yesus dan menyenangkan hati banyak orang).
Hidup menurut aturan, karena ”Perintah itu Pelita”, dan ”Ajaran itu Cahaya” dan ”Teguran yang mendidik itu jalan menuju kehidupan”. Orang tua diberi tanggung jawab untuk memberi perintah, ajaran dan teguran yang mendidik supaya anak-anak dapat menjaga diri atau hidup mereka dengan baik. Misalnya jika berada diluar rumah, bermain dan bergaul dengan teman-teman, berusahalah berperilaku yang sopan, tidak melakukan perbuatan yang tidak terpuji, dan tidak terperangkap menuruti ajakan teman-teman untuk berjudi, minum minuman keras, terlibat dalam penggunaan obat-obatan terlarang (Narkoba), bahkan hingga mencuri.
Apa yang telah diperintahkan dan diajarkan oleh orang tua patut didengar/diterima dan dijadikan pegangan hidup, dan disimpan didalam hati. Karena ketika kita memelihara Perintah Tuhan yang disampaikan oleh orang tua, maka masa depan kita akan cerah dan bahagia bahkan panjang umur menjadi berkat disepanjang kehidupan kita.
Sebagai orang tua, tanggung jawab untuk mendidik dan membina anak-anak adalah anugerah Tuhan yang perlu kita tumbuh kembangkan secara baik dan benar sebab mereka adalah harta terindah, titipan Tuhan yang sangat berharga, yang perlu dijaga, dibina dan dipelihara dengan penuh cinta kasih. Ingat...hidup yang penuh sukacita dan terus dirahmati berkat Allah adalah hidup yang berjalan menurut hukum dan perintah-perintahNya.
Selasa, 12 Mei 2009
BAHASA YANG TEPAT DAN PESANNYA JELAS
I Korintus 14 : 10 – 17
Pernah terjadi dalam sebuah keluarga, ketika mama dan papa pergi bekerja ada sebuah pesan yang ditinggalkan kepada ”HENDRY”, sang anak bungsu berusia 8 tahun, begini bunyi pesan tersebut, ”Kalau Shella pulang sekolah, tolong goreng ikan dan kalian makan.
Ketika Shella (kakak Hendry) pulang sekolah, didapatinya Hendry sedang bermain. Hendry pun menyampaikan pesan mamanya kepada Shella dengan nada polos, katanya ”Kak, kata mama kalau pulang sekolah, makan ikan saja.....” karena sudah lapar dan mendengar pesan tersebut, langsung membuat Shella menangis karena disuruh makan ikan saja sedangkan ikannya belum digoreng-goreng.
Akhirnya Shella pun tertidur dalam keadaan kesal dan lapar. Hendry pun menjadi lapar karena ternyata Shella tidak menggoreng ikan tersebut. Ketika orangtuanya datang, tentu dalam keadaan lapar juga, ternyata tidak dijumpai ikan goreng di meja makan. Ketika ditelusuri ternyata Hendry menyampaikan pesan yang salah dan kuran tepat kepada Shella.
Belajar dari ceritera tersebut, akan kita dapati bahwa dalam keseharian hidup kita seringkali terjadi hal seperti diatas, karena pesan yang kurang jelas dan tepat. Informasi yang kurat jelas dan akurat, mengakibatkan hubungan suami istri, orang tua dan anak, saudara bersaudara, tetangga dengan tetangga menjadi kurang harmonis. Apalagi dengan jaman canggih sekarang ini cukup dengan mengirim SMS bisa memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif apabila SMS atau pesan tersebut berupa pesan yang memberi kekuatan dan penghiburan melalu Firman Tuhan/Ayat-ayat emas Alkitab. Sedangkan dampak negatifnya adalah jika SMS/pesan berupa gosip yang belum pasti kebenarannya, memfitnah, menjelekkan orang, melecehkan sesama teman tentu sangat merugikan bahkan bisa menimbulkan banyak masalah.
Pesan firman Tuhan bagi kita saat ini, baik dalam keluarga maupun bersama orang lain, hendaknya dalam membangun komunikasi pergunakanlah bahasa yang baik, jelas dan tepat. Sebab komunikasi yang baik dan terbuka dapat menjelaskan maksud kita dengan baik.
Dalam kehidupan/persekutuan umat kita juga dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar, sehingga kesaksian hidup kita dapat dimengerti oleh orang lain, bahkan relasi hubungan kita sebagai persekutuan tubuh Kristus dapat terbina dengan penuh kasih sayang. Saling membangun demi terciptanya keutuhan hidup sebagai umat Tuhan....Amin.
HSL
Rabu, 13 Mei 2009
ALLAH TIDAK MENGHENDAKI KEKACAUAN TAPI KEDAMAIAN
I Korintus 14 : 29 – 33
Banyak keluarga Kristen mengalami masalah dalam hidupnya. Pasti banyak penyebabnya, seperti masalah ekonomi keluarga yang kurang memadai, masalah moral (penyelewenagn, selingkuh), pengaruh miras, judi,lemahnya iman spiritua. Tetapi juga masalah Etis yaitu yang terkait dengan perilaku hidup yang kurang sopan, tidak saling menghargai, terlalu banyak bicara (cerewet), mulut penuh dengan dusta, caci maki, sumpah serapah,sikap yang terlalu mengatur dan mau menguasai orang lain, ingin menang sendiri dan tidak mau dengar saran dan pendapat orang lain. Ada suami atau istri yang memaksakan kehendaknya sendiri, tidak saling menghargai dan tidak saling menerima pendapat satu dengan yang lain. Ada orang tua yang berlaku sangat otoriter/berkuasa atas anak-anaknya. Anak-anak harus ikut apa kata orang tua, tidak boleh mengelaurkan pendapat.
Kalau dalam keluarga, anggota keluarga sudah tidak saling menerima, sudah pasti tidak akan tercipta suasana aman dan damai. Yang terasa justru adanya pertentangan dan permusuhan. Lalu apa yang bisa kita harapkan dari suasana keluarga seperti itu dalam proses pembinaan bai anak-anak dan kewarisan nilai-nilai etis moral seperti apa bagi generasi baru penerus masa depan keluarga. Kita selalu punya harapan bahwa Yesus Kristus melalui terang firman dan tuntunan Roh Kudus akan selalu menuntun semua anggota keluarga untuk saling menghargai dan menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, sehingga dapat membangun kebersamaan hidup dalam keluarga, dimana kerukunan dan kedamaian serta kesejahteraan akan terwujud.
Karena itu firman Tuhan mengingatkan kita untuk tidak memaksa kehendak dan kemauan kita kepada orang lain, tetapi dapat memberi kesempatan bagi semua anggota berperan aktif memberi dan menerima dengan penuh cinta kasih, sehingga kelebihan dan kekuarangan yang dimiliki dijadikan sebagai kelengkapan untuk saling menghargai. Dengan demikian seberat apapu beban hidup ini kita hadapi dan jalani/selesaikan secara bersama-sama.
HSL
Kamis, 14 Mei 2009
SIMPATI DAN EMPATI
Roma 12 : 13 – 15
Bacaan hari ini hendak menegaskan kepada kita tentang pentingnya memiliki dan mengembangkan sikap simpati dan empati terhadap sesama. Simpati berarti ikut merasakan kebahagiaan orang yang bersuka cita, atau turut merasakan kesusahan orang lain. Sedangkan empati punya arti tidak hanya merasakan penderitaan mereka, melainkan berupaya untuk menolong dan membebaskan mereka dari persoalan/penderitaan itu.
Itulah yang dikatakan oleh Rasul Paulus “Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislan dengan orang yang menangis (ayat 15).
Dalam praktek atau kenyataan hidup tiap-tiap hari, mungkin kita hanya memiliki rasa simpati sehingga hanya bisa katakan “kasihan ya..”..kepada orang yang mengalami musibah, tetapi tidak ada aksi untuk menolong, (itu namanya tidak berempati). Rasul Paulus katakan, “Bantulah orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberi tumpangan (ayat 13). Dari rasa simpati mestinya berlanjut ke rasa empati. Artinya, tidak cukup hanya merasakan, tidak hanya bermain dengan perasaan, tetapi mesti berlanjut pada aksi atau tindakan/perbuatan nyata.
Sebagai pribadipun keluarga, jujur kita mau katakan bahwa seringkali sulit untuk mengakui kelebihan dankeberhasilan orang lain. Sehingga keberhasilan mereka kita tanggapi dan bicarakan secara negatif (dari mulut ke mulut). Padahal yang mesti terjadi adalah bersukacita dengan mereka, sehingga keberhasilan mereka itu mendorong kita untuk bekerja keras demi mencapai cita-cita dan harapan masa depan. Mungkin saja orang tidak simpati karena, orang berhasil itu menjadi sombong, tinggi hati, angkuh, dan mengangap orang lain itu rendah. Ini adalah sikap yang keliru. Patutlah kita mengembangkan pola hidup saling mendukung, saling mendoakan baik dengan yang berhasil maupun yang susah.
Firman Tuhan mensihati kita agar hidup tolong menolong dalam upaya membangun kebersamaan, adalah komitmen dan tekad bersama yang perlu ditingkatkan, dan meninggalkan pola hidup lama (saling mencurigai, melecehkan dsb)....Amin
HSL
umat, 15 Mei 2009
BERSYUKURLAH ATAS KASIH SETIA TUHAN
Mazmur 138 : 1 – 3
Mazmur ini dijiwai oleh rasa syukur yang sangat mendalam atas kasih setia Tuhan. Pemazmur bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hati dihadapan Allah, dan mengajak semua orang untuk bersyukur dan memuji nama Tuhan, karena kasih Setia Tuhan begitu Indah dalam kehidupannya. Walaupun dalam menjalani kehidupan ini, banyak sekali tantangan dan ancaman hadir mewarnai perjalanan hidup, namun pemazmur tidak sampai binasa karena besar keyankinannya, bahwa Tuhan yang begitu besar, yang membuat namaNya dan janjiNya melebih segala sesuatu. Walaupun Tuhan itu tinggi, tetapi selalu memperhatikan dan mempedulikan orang-orang hina seperti pemazmur.
Pemazmur begitu yakin akan pertolongan kuasa Tuhan. Pengalaman iman itulah yang membuat pemazmur berani menatap masa depan dengan penuh iman, tanpa takut, bimbang dan ragu. Pemazmur yakin bahwa Tuhan tetap setia menyertai dia ditengah-tengah tantangan sebesar dan seberat apapun, sebab Tuhan tetap setia pada janjiNya.
Pengalaman iman pemazmur ini kiranya dimiliki pula oleh kita umat Tuhan/anggota GPI Papua Jemaat Bukit Zaitun, yang telah mengalami kasih karunia Allah yang menuntun kita pada pada hari ini memasuki usia ke 4 sebagai jemaat mandiri.
Penyertaan Allah yang besar ini, hendaknya lebih memotivasi kita untuk bersukacita, dan bersyukur selalu serta memasrahkan diri secara penuh kepada Tuhan, teristimewa dalam upaya menata dan menjalani tanggung jawab pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita/pribadi, keluarga, umat pun pelayanan hendaknya kita selalu bergantung secara penuh pada Yesus Kristus, terutama dalam menjalani hari-hari hidup dan kerja yang penuh dengan tantangan dan ancaman. Karena itu sama seperti pemazmur yang begitu yakin akan penyertaan Tuhan disepanjang hidupnya, kitapun mesti memiliki keyakinan yang sama yaitu Tuhan tetap bersama kita. Jalanilah hari-hari pemberian Tuhan dengan berani, sambil tetap menatap masa depan dengan penuh iman, karena itu kita tak perlu takut, cemas dan bimbang. Sebab Allah adalh Allah yang setia pada janji-janjiNya, percaya dan bersandar terus pada Yesus supaya hidup dan kerja kita bermakna.
HSL
Sabtu, 16 Mei 2009
KEBERHASILAN SEJATI
Roma 15 : 17 – 21
Seorang bijak pernah berkata, bila anda ingin melihat karakter sebenarnya dari seseorang, lihatlah saat ia berhasil. Apa yang dilakukan dengan keberhasilannya. Apakah keberhasilan menjadi alat baginya untuk mendapatkan kekuasaan, untuk mengeruk keuntungan bagi dirinya sendiri, ataukah dipakai untuk memberi nilai tambah bagi orang lain/sesama?
Memang adalah wajar bila dalam hidup, kita berusaha untuk mengejar keberhasilan, namun pertanyaan yang penting adalah ”apa yang akan dilakukan dengan keberhasilan kita?” seseorang bisa saja berhasil meraih berbagai gelar dalam bidang pendidikan, tapi bila gelar-gelar itu hanya menjadi alat untuk mendongkrak popularitas, menambah kuasa atau untuk menyombongkan diri apa gunanya?
Dalam bacaan kita hari ini, seorang Rasul yang cukup sukses pada zamannya, mengatakan: ” Aku tidak akan berani berkata-kata tentang sesuatu yang lain, kecuali tentang apa yang telah dikerjakan Kristus olehku, yaitu untuk memimpin bangsa-bangsa lain kepada ketaatan, oleh perkataan dan perbuatan, oleh kuasa tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh kuasa Roh Kudus.”
Demikianlah dalam perjalanan keliling dari Yerusalem sampai ke Ilirerum aku telah memberitakan sepenuhnya Injil Kristus. Disini Rasul Paulus memakai karunia yang Allah berikan untuk melayani, pengaruhnya sebagai seorang Rasul yang terpandang bukan untuk menambah popularitasnya dikalangan jemaat. Bukan pula untuk menambah sumber pendapatan pribadi, tapi demi Kristus dan demi pertumbuhan iman orang-orang percaya/jemaat di Roma.
Dalam hidup ini ketika kita berhasil meraih kesuksesan, kita dihadapkan dengan pilihan, memakai keberhasilan itu untuk kepentingan diri pribadi/keluarga ataukah memanfaatkan keberhasilan itu untuk kemuliaan Tuhan dan sesama. Sebelum kita memutuskan pilihan kita, perlu kita ingat bahwa hidup adalah anugerah Tuhan. Kesadaran ini seharusnya mendorong kita untuk meneladani perbuatan Rasul Paulus yang mempergunakan keberhasilannya untuk kemuliaan Tuhan dan menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Minggu, 17 Mei 2009
JANGAN MENJADI BATU SANDUNGAN BAGI ORANG LAIN
I Korintus 6 : 1 – 8
Perselisihan atau pertentangan antar pribadi, kelompok dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, Cuma karena beda pendapat, ideologi atau kepentingan tertentu. Dalam keluarga saja, antar suami dan istri yang saling mengasihi dapat berubah menjadi saling benci, menyakiti, membunuh hanya karena masalah yang sepeleh, tetapi kalau sudah sampai berbeda pendapat, tidak ada yang mau mengalah, dan tidak dapat mengendalikan diri. Jika hal ini terus berlanjut maka akan menjurus menjadi pertentangan yang lebih besar yang apabila tidak dapat diatasi maka akan menimbulkan keretakan dan kehancuran dalam keluarga, jemaat dan masyarakat.
Seringkali terjadi bahwa pertengkaran dalam rumah tangga, yang disebabkan karena masalah-masalah sepeleh, apalagi dipicu oleh minuman keras dan kurangnya upaya atau kebijakan untuk mengatasi/menyelesaikan hal tersebut, ditambah lagi adanya pihak-pihak yang memperbesar masalahtentu akan memperkeruh situasi.
Melalui bacaan kita dihari ini, Rasul Paulus memberi nasihat kepada kita agar:
- Jangan membuat masalah atau menjadi sumber pertentangan/perselisihan, sebab Tuhan Yesus tidak menghendaki adanya pertentangan tapi keutuhan hidup sebagai umat Tuhan/tubuh Kristus. Karena itu kita harus berusaha menjaga suasana hati kita/mengendalikan emosi untuk tidak mudah termakan isu/mudah terprovokasi, supaya kita tidak menjadi penyebab pertentangan dalam keluarga, antar tetangga, antar kelompok, antar umat pun antar agama. Tetapi sebaliknya kita terus menjaga kelestarian persekutuan hidup dengan berupaya menciptakan suasana persaudaraan yang rukun dan damai.
- Walaupun ada pertentangan/perselisihan, kita harus cepat bertindak untuk menyelesaikannya secara baik dan bijak dalam semangat persaudaraan dan kasih. Sedapat mungkin kita tidak memberi kesempatan bagi pihak lain untuk mencampuri, jika mereka tidak memahami permasalahan yang sedang terjadi.
Ingatlah bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan, jika kita mengundang Yesus menjadi juru damai dan hakim yang adil bagi setiap permasalahan dan pergumulan hidup kita.
HSL
Senin, 18 Mei 2009
MEMBANGUN EFEK MORAL DAN KE-IMANAN YANG TEGUH
I Korintus 6 : 09 – 11
Pada umumnya setiap orang yang belum memiliki kematangan moral dan keteguhan iman, banyak terlibat dalam melakukan tindak kekerasan/kejahatan tetapi juga kekerasan seksual. Apalagi kalau sudah percaya Tuhan tapi masih menyembah berhala atau percaya kepada kuasa-kuasa gelap/iblis, sudah pasti orang itu akan banyak terlibat dalam kejahatan dan kekerasan, karena hal itu dipakai sebagai sarana atau alat iblis dan bukan alat untuk memuliakan Tuhan.
Kenyataan selama ini, bahwa berbagai kasus baik kekerasan seksual, kekerasan fisik dalam keluarga, antar suami – istri, orang tua dan anak, ketika ditelusuri sebagian besar bersumber dari kekuatan-kekuatan iblis/kuasa gelap yang menunggangi atau mendalanginya. Banyak anak yang suka melawan orang tua, suka membuat masalah dengan saudara/teman, suka mabuk, membuat onar dalam lingkungan, salah satu penyebabnya adalah karena dikuasai oleh kekuatan Iblis.
Kebiasaan orang tua yang senantiasa membawa anaknya yang sakit ke dukun/orang pintar yang dianggap memiliki kekuatan ekstra, merupakan cerminan hidup yang tidak setia, hidup mendua hati terhadap Tuhan Yesus. Dan tanpa disadari kita telah menjadikan anak-anak ita menjadi anak setan/iblis. Rasul Paulus melalui bacaan kita saat ini, mengingatkan orang-orang Kristen di Korintus, termasuk kita, supaya meninggalkan pola/cara hidup seperti itu, karena kita sudah ditebus dan dimenangkan oleh Kristus, Tuhan yang menderita, mati dan bangkit.
Peringatan ini penting dan bermaksud memotivasi kita untuk memiliki kematangan moral dan iman sehingga terperangkap dalam melakukan tindak kejahatan dan kekerasan, apapun bentuknya dalam hidup ini, baik dalam keluarga, lingkungan jemaat, masyarakat , bahkan dalam kehidupan beragama.
Semua orang yang sudah memiliki kematangan moral dan keteguhan iman dalam Tuhan Yesus, pasti akan selalu berbuat baik, bertindak hati-hati dan menguasai diri dalam segala hal.
Selasa, 19 Mei 2009
BAGAIMANA ORANG PERCAYA MEMAKNAI HIDUPNYA
Kolose 4 : 5 – 6
Hidup orang percaya mestinya selalu menyenangkan, dalam arti selalu menarik, baik hati, ramah, sopan dan jujur. Hidup yang menyenangkan adalah merupakan hasil dari pekerjaan kasih karunia Allah didalam hati kita. Dan hidup yang menyenangkan itu terwujud ketika, kita mengucapkan dan melakukan kebaikan dan kebenaran dengan kasih (Efesus 4 : 5 )
Itulah yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus dengan kehidupan yang berhikmat. Hikmat itu bersumber pada Allah, dan sebagai orang percaya kita harus meminta hikmat itu dari Tuhan Allah, sebab Hikmat itu tidak datang dengan sendirinya. Himat itu mesti dicari sampai didapati dan dimiliki serta terus dijaga dan dipelihara dalam kehidupan ini.
Himat itu dapat dimiliki bukan melalui proses pendidikan formal dan informal, melainkan melalui pengalaman hidup yakni pengalaman hidup orang percaya dengan Tuhan dan pengalaman hidup bersama orang lain.
Kehidupan orang percaya mestinya dipenuhi hikmat, yaitu hikmat yang menuntun orang untuk hidup arif dan bijaksana. Dan itu berarti melalui pola hidup orang percaya diberikan tanggung jawab untuk menunjukkan kasih Allah yang besar dan agung melalui pengorbanan Yesus Kristus kepada orang lain.
Oleh sebab itu ungkapan kata saja tidak cukup, melainkan melalui sikap hidup kita yang menjadi surat terbuka untuk memotivasi dan menuntun orang lain datang, menerima dan percaya kepada Yesus Kristus . Oleh sebab itu Rasul Paulus menasihatkan kita bahwa ”Kata-katamu senantiasa penuh kasih dan sopan, jangan mengucapkan kata-kata yang hambar (tanpa makna (ayat 6) ). Orang percaya dalam hidupnya harus cerdik seperti ular tetapi juga tulus seperti burung merpati, agar setiap ucapannya mampu menggugah/menyentuh orang untuk menerima Yesus sebagai jawaban iman dalam persoalan hidupnya. Ingat....pergunakan waktu hidup saudara dengan baik dan bekerjalah selagi ada kesempatan untuk bersaksi dan melayani demi kemuliaan nama Tuhan dan kebahagiaan hidup bersama.
Rabu, 20 Mei 2009
KEPEDULIAN DALAM HIDUP BERSAMA
Efesus 4 : 11 – 16
Pentingnya pendidikan dan pembinaan dalam keluarga mesti menjadi perhatian utama dari orang tua sebagai gembala dan pengajar bagi anak-anak selaku generasi penerus.
Tanggungjawab tersebut dilaksanakan berdasarkan kepada firman Tuhan untuk belajar mengenal dan meneladani Yesus sebagai Gembala Agung, sehingga pertumbuhan dan perkembangan hidup anak – anak kita bertumbuh teguh dan dewasa dalam iman.
Kenyataan sekarang ini menunjukkan bahwa, ada banyak hal yang menantang serta mempengaruhi kehidupan keluarga Kristen, dimana dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada kecenderungan orang untuk hidup mementingkan diri sendiri.
Sikap seperti ini menjauhkan orang dari kehidupan persekutuan dengan orang lain, serta menimbulkan persaingan yang tidak sehat, sehingga memunculkan sikap cemburu, iri hati, dendam dan sebagainya. Pasti kita tidak ingin hal-hal seperti itu terjadi dalam kehidupan keluarga kita. Untuk itu melalui nasihat Rasul Paulus, kepada jemaat di Efesus dan juga kepada kita semua teristimewa sebagai orang tua agar kita mendengarnya dengan baik dan dengan sungguh-sungguh melakukan pesan dan fungsi kita sebagai gembala dan pengajar, bukan hanya melalui ucapan kata saja, namun terlebih melalui sikap dan perilaku yang dapat diteladani oleh anak-anak kita.
Kita dapat menciptakan suasana hidup dalam keluarga yang harmonis dimana semua anggota keluarga merasa dihargai dan diterima, apapun peranan dan fungsinya, sebab dengan saling menghormati dan menghargai, maka kebersamaan dan kekompakan dalam berbagai aktivitas dapat terwujud dengan baik. Setiap talenta dan karunia dari masing-masing orang dapat digunakan untuk saling melengkapi, menjadi sebuah kekuatan besar yang dipakai untuk menuju kepada kehidupan yang dibaharui dalam kasih Tuhan Yesus.
HSL
Kamis, 21 Mei 2009
KITA ADALAH SAKSI KRISTUS
Kisah Para Rasul 1 : 6 - 11
Tak dapat disangkal bahwa sebagai umat Allah, kita semua telah dikaruniai Roh Kudus, yang berfungsi uuntuk memfasilitasi kita sedemikian rupa, sehingga kita mampu mewujudkan kehendak Allah dalam keseharian hidup kita, baik sebagai pribadi, keluarga dan umat Allah. Roh Kudus juga meng-sahkan fungsi dan peran kita sebagai ”Saksi Kristus” didunia ini.
Pertanyaannya ialah, ”Apa fungsi kita sebagai Saksi Kristus?”......istilah saksi merujuk atau menunjuk pada seorang utusan yang ditugaskan untuk memberitakan berita kebenaran. Esensi/hakikat berita kebenaran itu tidak boleh ditambah atau dikurangi. Sebab dengan menambah atau mengurangi berita tersebut maka nilai kebenarannyapun diragukan.
Nah, fungsi kita sebagai Saksi Kristus justru mengisyaratkan kita untuk berani mengatakan YA kepada yang benar dan TIDAK kepada yang salah. Dan hal ini mesti menjadi spiritualitas dan kualitas hidup kita sebagai umat Allah. Dalam kenyataannya banyak orang kristen takut menyatakan Ya kepada yang benar dan Tidak kepada yang salah, apalagi bila hal tersebut terkait dengan kepentingan-kepentingan pribadi maka yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar.
Ternyata panggilan dan pengutusan kita tidak berpola demikian.
Tegasnya adalah menjadi saksi berarti menjadi garam dan terang, serta menjadi surat terbuka bagi dunia, supaya dunia percaya dan turut memuliakan Kristus sebagai Tuhan dan penyelamat.
Dengan demikian pembentukan dan penempaan diri sebagai saksi Kristus , mesti terbina dan terbangun sejak dini melalui pembinaan secara intensif /terus menerus dalam keluarga kita sebagai keluarga Allah. Memperingati hari Kenaikan Yesus Kristus ke Sorga seyogyanya lebih mendorong kita untuk meningkatkan tanggungjawab kita menjadi saksi Kristus, agar iman dan percaya kita menghasilkan buah kebenaran dan hidup kita terus diberkati oleh Tuhan.,.....Amin
HSL
Jumat, 22 Mei 2009
BERTUMBUH DALAM IMAN
II Korintus 12 : 16 – 21
”Dihadapan Allah dan demi Yesus Kristus kami berkata semua ini saudara-saudaraku yang kekasih, terjadi untuk membangun iman kamu”. Demikian ayat fokus kita (ayat 19b) yang merupakan nasihat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus ketika banyak persoalan yang terjadi dalam kehidupan mereka, bahkan juga persoalan dengan Rasul Paulus tentang motivasi pelayanan serta status kerasullannya.
Namun Paulus menyadari sungguh bahwa keterpanggilannya adalah sebagai anugerah Tuhan. Oleh sebab itu Rasul Paulus selalu mengingatkan mereka agar menjauhkan diri dari sifat-sifat kemanusiaan yakni: Perselisihan, Iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, keangkuhan, kasak-kusuk, kerusuhan dan sebagainya. Keinginan Rasul Paulus agar jemaat selalu bertumbuh dalam iman menuju kepada kedewasaan, sehingga persekutuan yang dibaharui dan diberkati Tuhan. Dan itulah yang terus memotivasi Rasul Paulus melayani jemaat dengan setia, taat dan teguh dalam iman.
Kerinduan RasulPauslus seharusnya menjadi kerinduan kita semua sebagai keluarga Allah, agar senantiasa kehidupan kita terus dipimpin dan diberkati Tuhan. Dan terus berdoa agar sifat-sifat hidup kita yang lama dijauhkan daripada kita, dan kita terus akan melakukan perintah dan kehendak Tuhan untuk menuju kepada kedewasan iman.
Dalam keluarga, tentunya kita ingin menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab, penuh cinta kasih bagi istri dan anak-anak kita. Begitu juga sebagai istri, kita ingin menjadi teman bagi suami dan anak-anak sehingga mereka bisa berbagi cerita dan masalah yang dihadapi, sehingga terbangun komunikasi yang baik dalam menangani masalah/tantangan yang dihadapi.
Kita juga ingin menjadi orangtua yang mengasihi dan menyayangi anak-anak kita, sehingga mereka akan memperoleh tempat untuk mencurahkan isi hati (curhat) bagi semua hal yang dialami dalam masa-masa keremajaan/kemudaan mereka.
Begitu juga sebagai anak, kita ingin menjadi anak-anak yang menghormati, menghargai dan mnegasihi orang tua. Dan inilah pola hidup orang Kristen yang diingini oleh Tuhan, yang akan terjadi jika kita mengundang Kristus merajai hati, pikiran dan seluruh hidup eksistensi/hidup kita,.......Amin.
HSL
Jumat, 22 Mei 2009
BERTUMBUH DALAM IMAN
II Korintus 12 : 16 – 21
”Dihadapan Allah dan demi Yesus Kristus kami berkata semua ini saudara-saudaraku yang kekasih, terjadi untuk membangun iman kamu”. Demikian ayat fokus kita (ayat 19b) yang merupakan nasihat Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus ketika banyak persoalan yang terjadi dalam kehidupan mereka, bahkan juga persoalan dengan Rasul Paulus tentang motivasi pelayanan serta status kerasullannya.
Namun Paulus menyadari sungguh bahwa keterpanggilannya adalah sebagai anugerah Tuhan. Oleh sebab itu Rasul Paulus selalu mengingatkan mereka agar menjauhkan diri dari sifat-sifat kemanusiaan yakni: Perselisihan, Iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, keangkuhan, kasak-kusuk, kerusuhan dan sebagainya. Keinginan Rasul Paulus agar jemaat selalu bertumbuh dalam iman menuju kepada kedewasaan, sehingga persekutuan yang dibaharui dan diberkati Tuhan. Dan itulah yang terus memotivasi Rasul Paulus melayani jemaat dengan setia, taat dan teguh dalam iman.
Kerinduan RasulPauslus seharusnya menjadi kerinduan kita semua sebagai keluarga Allah, agar senantiasa kehidupan kita terus dipimpin dan diberkati Tuhan. Dan terus berdoa agar sifat-sifat hidup kita yang lama dijauhkan daripada kita, dan kita terus akan melakukan perintah dan kehendak Tuhan untuk menuju kepada kedewasan iman.
Dalam keluarga, tentunya kita ingin menjadi suami dan ayah yang bertanggung jawab, penuh cinta kasih bagi istri dan anak-anak kita. Begitu juga sebagai istri, kita ingin menjadi teman bagi suami dan anak-anak sehingga mereka bisa berbagi cerita dan masalah yang dihadapi, sehingga terbangun komunikasi yang baik dalam menangani masalah/tantangan yang dihadapi.
Kita juga ingin menjadi orangtua yang mengasihi dan menyayangi anak-anak kita, sehingga mereka akan memperoleh tempat untuk mencurahkan isi hati (curhat) bagi semua hal yang dialami dalam masa-masa keremajaan/kemudaan mereka.
Begitu juga sebagai anak, kita ingin menjadi anak-anak yang menghormati, menghargai dan mnegasihi orang tua. Dan inilah pola hidup orang Kristen yang diingini oleh Tuhan, yang akan terjadi jika kita mengundang Kristus merajai hati, pikiran dan seluruh hidup eksistensi/hidup kita,.......Amin.
HSL
Sabtu, 23 Mei 2009
PERCAYA ADALAH JALAN MENUJU KESELAMATAN
Galatia 2 : 15 - 18
Hidup adalah anugerah Tuhan (Sola Gratia). Artinya bahwa kehidupan yang kita jalani dan nikmati adalah merupakan pemberian Tuhan dengan Cuma-Cuma/gratis. Sebab itu adalah sangat berdosanya kita, jika muncul pernyataan bahwa semua yang kita nikmati dan peroleh karena kekuatan kita, atau juga karena kebaikan dan kebenaran yang telah kita lakukan terhadap berbagai aturan.
Hal tersebut akan membawa kita kepada kehancuran dan kebinasaan. Firman Tuhan menyatakan bagi kita bahwa kehidupan dan keselamatan telah terjadi sebagai wujud kasih Allah yang besar melalui Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat kita (Yoh 3 : 16 ), dan tidak melalui hukum taurat yang dipersoalkan di Jemaat Galatia sehingga membuat Rasul Paulus menulis surat penggembalaan untuk memberikan penjelasan dan pemahaman terhadap iman dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
Rasul Paulus menjelaskan bahwa keselamatan yang diperoleh itu bukan dengan cara melakukan hukum taurat, tetapi percaya dengan sungguh-sungguh kepada Yesus Krsitus sebagai Tuhan dan Juruselamat, yang karena cinta dan kasihNYa yang begitu besar bagi manusia, rela menderita, mati tapi bangkit dan hidup sehingga manusia diselamatkan.
Pertanyaan yang mengemuka saat ini ialah, Apakah kita semua sebagai anak-anak Tuhan yang disebut orang Kristen mengaku dan percaya secara sungguh-sungguh kepada Kristus?
Sebab jangan sampai pengakuan kita hanya sebatas identitas di KTP, atau hanya melalui rutinitas ibadah yang kita lakukan, namun tidak nampak dalam sikap dan perilaku hidup kita sebagai keluarga Allah.
Mari kita wujudkan semua ini, yaitu sebagai orang tua yang baik dengan memberikan contoh dan teladan bagi anak-anak kita, sehingga mereka selalu menghargai dan menghormati orang yang dituakan dan menjadi generasi penerus yang diberkati Tuhan.
Tanggung jawab itu harus kita lakukan dengan baik, sehingga keluarga kita dapat mencerminkan kehidupan yang penuh cinta kasih kepada banyak orang, sehingga semakin banyak orang akan datang menyembah kepada Yesus Kristus
HSL
Minggu, 24 Mei 2009
BIARLAH KRISTUS HIDUP DIDALAM KITA
Galatia 2 : 19 – 21
Hidup adalah anugerah yang terindah dari Sang Pemberi Hidup yaitu Yesus Kristus bagi kita. Tetapi hidup akan menjadi lebih bermakna , jika didalamnya ada peranan dari Sang Pemberi Hidup itu sendiri. Artinya bahwa hidup yang kita miliki, jika diberi ruang dan waktu yang lebih banyak bagi Tuhan Yesus untuk memimpin dan mengendalikannya melalui firman dan Roh Kudus maka pasti ada perubahan yang akan dirasakan.
Perubahan tersebut mencakup seluruh eksistensi kehidupan kita yakni pikiran, perbuatan dan perkataan kita. Hidup yang telah mengalami perubahan akan menjadikan kita secara rohani sebagai anak-anak Tuhan yang adalah ciptaan Allah untuk terus membangun persekutuan denganNya.
Sejalan dengan itu, Rasul Paulus juga mengalami sebuah pembaharuan/perubahan yang mengubah totalitas hidupnya dari luar Kristus menjadi didalam Kristus, bahkan hingga Kristus berdiam dan berkarya didalamnya.
Pengalaman imannya ketika berjumpa dengan Yesus, membawa ia kepada sebuah kehidupan dengan penyerahan dan pembaharuan diri utnuk dipakai oleh Yesus sebagai orang pilihanNya.
Allah memang memakai Rasul Paulus secara luar biasa untuk proses pemberitaan Injil, dan tanggung jawab ini dijalani oleh Rasul Paulus secara sungguh-sungguh. Sebab ia menyadari sungguh, bahwa keberhasilan yang diraihnya bukan semata-mata karena dirinya, tetapi semata-mata karena Kristus yang tinggal didalam dia dan berkarya bersama dia.
Oleh sebab itu Rasul Paulus sangat bersyukur dan merendahkan diri agar melaluinya Kristus semakin lebih dimuliakan. Sebagai persekutuan keluarga, kita juga tahu bahwa Allah juga turut bekerja didalam hidup kita, dengan tujuan agar kita juga dapat bekerja dengan baik, melalui kuasa Roh Kudus Allah memberdayakan kita sehingga dengan potensi/karunia/talenta yang kita miliki, kita bergandengan tangan memadu kekuatan untuk terus bersaksi menyebarluaskan injil kebenaran.
Pengalaman iman Rasul Paulus mesti menjadi media pembelajaran bagi kita untuk tidak menonjolkan kekuatan dan kemampuan diri masing-masing sehingga fungsi dan peran keluarga menjadi terabaikan.
HSL
Senin, 25 Mei 2009
YANG BERTEKUN SAMPAI AKHIR JAMAN
AKAN MENERIMA MAHKOTA KEMULIAAN
II Timotius 4 : 6 - 8
Hari ini adalah HUT GPI Papua yang ke 24 dan juga HUT PGI yang ke 59. Selaku gereja, kita diberi tanggung jawab sebagai orang-orang yang dipanggil dan diutus Tuhan untuk memenuhi panggilan pelayanan ditengah-tengah dunia dan lingkungan dimana kita berada. Ibarat hidup ini adalah sebuah perjuangan dan pertandingan, dan itulah keradaan kita.
Dalam surat Ibrani, dikatakan bahwa dalam perlombaan/pertandingan iman, hendaklah mata kita tertuju kepada Kristus yang memimpin kita kepada iman dan yang membawa kita kepada kesempurnaan. Inilah jaminan, kekuatan dan pengharapan kita, agar kita bertanding dengan baik dan memenuhi segala persyaratannya, sehingga pada akhirnya kita memperoleh mahkota kebenaran.
Rasul Paulus dalam seluruh tanggung jawabnya menyaksikan hal itu dengan sungguh-sungguh melayani umat Tuhan yang dipercayakan kepadanya tanpa sungutan dan takut. Tetapi terus bersemangat sebab Paulus meyakini bahwa, ketika dia dipanggil Tuhan untuk melayani melalui perjumopaan dengan Tuhan Yesus di pintu gerbang Damsyik, maka hidupnya secara penuh ia persembahkan untuk melayani Yesus melalui seluruh penyerahan hidupnya ....”Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” (Filipi 1 : 21)
Rasul Paulus sadar bahwa setiap orang yang bekerja dengan kesungguhan dalam menyelesaikan pekerjaanNya akan memperoleh Mahkota kehidupan. Dan bukan dia saja melainkan juga kepada semua orang yang meyakini akan kedatangan Yesus ke dua kalinya.
Ini berarti kerinduan untuk dekat dengan Allah dalam Kristus adalah sebuah harapan yang harus ditopang dengan sikap takut dan taat pada Tuhan serta mengasihi dan menghormati sesama. Pola hidup seperti ini akan mengantar kita untuk tetap menaikkan doa dan syukur kepada Tuhan Kepala Gereja, dengan tetap berupaya menata persekutuan agar melalui keutuhan kita sebagai umat Tuhan, kita dapat bergandengan tangan melayani dalam pekerjaanNya.
Dihari bahagia ini, baiklah setiap keluarga, anak-anak Tuhan dalam menjalani perjuangan/perlombaan hidup imannya, tidak meninggalkan Kristus. Tetapi dengan mata yang tertuju kepadaNya, kita tetap tekun untuk mengalahkan segala kuat kuasa dunia ini dengan segala dampak dan akibatnya, agar kita dan anak-anak kitapun akhirnya dapat memperoleh mahkota kemenangan.
HSL
Selasa, 26 Mei 2009
JADILAH PENDENGAR DAN PELAKU FIRMAN
Markus 7 : 24 – 29
Besarnya sebuah bangunan bukan menjadi jaminan bahwa dasar pondasinya kuat. Kekuatannya harus diuji dahulu, ketika bencana melanda, apakah masih tetap berdiri dengan kokoh atau sebaliknya rapuh dan hancur. Kalau bangunan itu masih tetap berdiri kokoh, berarti bangunan itu dibangun diatas pondasi/dasar yang kokoh. Tetapi apabila bangunan itu hancur berarti dasarnya tidaklah kuat.
Belajar dari firman Tuhan hari ini, kita bisa mengetahui tentang dasar yang kuat dan tidak kuat dalam konteks kekristenan.
Apakah kita seorang Kristen yang benar-benar bertumbuh dengan didasari pada dasar kekristenan yang kuat dan benar atau tidak! Dasar seperti apakah yang diperlukan/dibutuhkan bagi pertumbuhan ”tubuh” kekristenan kita.?
Firman Tuhan mengatakan, kalau dasarnya dibangun dari batu maka kuatlah bangunan itu, tetapi kalau dibangun dari dasar pasir, maka lemahlah/rapuhlah dasar bangunan itu. Karena itu bila badai datang melanda, maka bangunan yang dasarnya kuat akan tetap berdiri, dan yang tidak kuat dasarnya akan hancur.
Dasar yang kuat bagi kehidupan kristiani adalah Firman Tuhan.
Firman Tuhan harus menjadi pondasi/dasar bagi hidup kita. Firman Tuhan akan menjadi kekuatan bila kita mau mendengar dan melakukannya dengan baik dan benar dalam hidup kita. Dasar itu akan semakin kuat dan kokoh, bila kita semakin memberi ruang dan waktu untuk belajar tentang kebenaran Firman Tuhan. Tentunya dengan berbagai cara / bentuk dan berada dalam proses panjang yang berlangsung terus menerus.
Firman Tuhan mengatakan ”Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran akan Firman Kristus” (Roma 10;17). Ada banyak contoh pengaalaman iman dari tokoh-tokoh dalam Alkitab yang karena taat dan setia mendengar dan melakukan Firman Tuhan, menjadikan mereka mampu menghadapi setiap badai kehidupan. Sebagai keluarga-keluarga kristen, kita juga butuh tuntunan dan dukungan dari Roh Kudus, agar ketekunan dalam mendengarkan Firman Tuhan membuat dasar hidup kita semakin kokoh dan kita mampu mengahadapi berbagai tantangan dan cobaan hidup.
Sebagai suami, istri dan anak-anak, kita akan semakin punya kesempatan untuk belajar dan mendalami kebenaran Firman Tuhan, agar iman kita semakin kuat dan tidak mudah dipermainkan oleh angin pengajaran sesat.
HSL
Rabu, 27 Mei 2009
JADILAH SALURAN DAMAI SEJAHTERA
Efesus 2 : 11 - 16
Sebelum mengenal Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita terpisah dengan Allah, karena dosa yang membuat kita tak mungkin bertemu dengan Allah. Tetapi oleh pengorbanan Yesus melalui penderitaan, kematian dan kebangkitanNya, maka tembok pemisah itu diruntuhkan sehingga kita kembali bersekutu dengan Allah. Saat penyaliban, seakan-akan tangan Tuhan Yesus yang satu mengenggam tangan kita dan yang satu lagi menggengam tangan Allah Bapa, sehingga kita yang sebelumnya sangat jauh dari Allah, menjadi satu dengan Dia, oleh pengorban Yesus.
Maka jelas sekali bahwa Yesuslah sumber damai sejahtera, karena Dia berkuasa untuk mendamaikan manusia dengan Allah Bapa. Oleh pendamaian itu, kita yang telah kembali sebagai anak-anak Allah, memiliki hidup....dan hidup yang berkemenangan. Hal ini berarti kepada kita diberi kesempatan untuk membangun hubungan yang baik dan benar dengan Tuhan yang menang, membawakan segala beban hidup kita padaNya dan memohon kekuatan dan pertolongan dariNya.
Karena kepedulian dan keberpihakanNya pada kita, maka kita tidak perlu kuatir, gentar, cemas, dan putus asa, karena Allah yang menjadi sumber dari segala yang kita perlukan sudah menjamin hidup kita. Segala yang kita perlukan harus terus disampaikan melalui doa, maka Tuhan Yesus yang sudah menjadi perantara akan menyempurnakan doa kita sehingga Allah Bapa berkenan menjawab doa kita.
Untuk semua pikiran-pikiran kita yang negatif, yang memikirkan hal-hal yang tidak berkenan bagi Yesus dan juga sesama, harus terus dibaharui, sehingga kita mampu memikirkan dan melakukan berbagai tanggung jawab yang positif yang mendatangkan berkat bagi banyak orang dan terutama bagi kemuliaan Tuhan.
Pikiran kita harus terisi dengan keyakinan yang teguh bahwa Tuhan Yesus yang sudah menang dan berkuasa atas maut mampu menjadi sumber damai sejahtera yang dapat mengatasi semua persoalan keluarga kita, sehingga kita yang merasakan damai sejahtera itu harus berusaha menyalurkannya juga kepada siapapun yang berada disekitar kehidupan kita.
Kita harus menghindari persoalan hidup yang penuh kekerasan, tidak saling menyakiti, tidak saling melecehkan. Akan tetapi dalam Firman Tuhan, dan Roh Kudus kita dapat mewujudkan setiap hidup yang penuh kasih, saling tolong menolong hingga kasih Allah menjadi perekat yang lebih mempererat persekutuan kita....Amin....
HSL
Kamis, 28 Mei 2009
KELUARGA MENJADI TEMPAT KEDIAMAN ALLAH
Efesus 2 : 17 – 22
Keluarga adalah unit terkecil dari persekutuan umat Allah yang mendapat perhatian penuh dari Allah, bahkan Allah sendiri yang memprakarsai terbentuknya keluarga, melalui kehadiran Adam dan Hawa di Taman Eden. Disamping itu, Allah didalam Yesus Kristus turut berkarya dengan mujizat pertamanya menyelamatkan keluarga muda dari rasa malu melalui peristiwa perkawinan di Kana.
Dari pernyataan seperti itu memang tepat kalau dikatakan bahwa Allah ingat/peduli dengan yang namanya keluarga. Dalam kepedulian Allah yang besar itu, tentu Allah sangat menginginkan agar keluarga-keluarga kristen menjadi kediaman Allah dimana melalui kondisi atau keadaan itu Allah bertahta dan memimpin setiap keluarga.
Allah turut bekerja mendatangkan kebaikan yang bisa dinikmati bersama sebagai anggota keluarga Allah.
Namun terkadang dalam kenyataan hidup yang kita jalani entah sebagai pribadi, dan keluarga sering muncul berbagai sikap dan tindakan yang kita buat guna memuaskan berbagai keinginan kita atau keinginan orang lain hanya untuk memenuhi segala kepentingan yang seringkali bertentangan dengan kehendak Allah, serta merugikan banyak orang.
Dari bagian pembacaan kita hari ini, kita dapati bahwa oleh kasih dan kemurahan Allah sajalah, kita dimungkinkan menjadi orang-orang yang diselamatkan dan dibaharui sehingga hidup dan karya kita akan bermakna bagi kepentingan bersama yang mencerminkan kekuatan Roh Kudus yang mengarahkan langkah hidup kita dan berdiam didalam kita .
Tetapi jangan kita lupa bahwa selama kita masih berada didunia ini ada banyak tawaran dan godaan yang sering membuat iman kita menjadi goyah, dan kehidupan keluarga kita tidak lagi menjadi tempat kediaman Allah. Tetapi syukur kepada Allah, bahwa walaupun kita seringkali tidak setia pada firmanNya, sering jatuh kedalam berbagai kesalahan dan dosa, tetapi Kasih-Nya yang besar didalam Yesus Kristus, telah memberi pengampunan dan pemulihan, sehingga dengannya ada pintu masuk bagi kita untuk menjadi keluarga Allah yang bersekutu memuliakan Allah dengan karya hidup kita.
Karena itu sesibuk-sibuknya kita dengan berbagai pekerjaan kita, kita mau memberi lebih banyak waktu untuk bersekutu dengan Tuhan, baik diantara suami istri, orang tua dan anak-anak, maupun sebagai satu persekutuan tubuh Kristus.
HSL
Jumat, 29 Mei 2009
HIDUP BARU DALAM KRISTUS
Efesus 4 : 17 - 24
Hidup baru adalah sebuah keharusan bagi setiap orang kristen, sebab Yesus Kristus rela menderita mati tersalib tetapi yang kemudian bangkit untuk menebus, membaharui, menyelamatkan dan memberi hidup baru bagi kita. Yesus yang tidak berdosa harus menjadi pendosa, menanggung dosa dan kesalahan manusia supaya manusia dibenarkan, dibaharui dan diselamatkan.
Penderitaan kematian dan kebangkitan Yesus menunjukkan ketaatanNya kepada Allah Bapa, sekaligus mewujudkan kasih Allah yang rela memulihkan, membaharui hubungan manusia dengan Allah yang telah rusak sejak manusia jatuh kedalam dosa.
Orang kristen mesti memiliki hidup baru, yaitu pola perilaku baru melalui pertobatan dan pembaharuan hidup secara terus menerus. Sebab orang kristen telah belajar mengenal Allah, mendengar nasihatnya, dan telah menerima pengajaran didalam Dia (ayat 21,22). Konsekuensi untuk tetap menjalani hidup baru, adalah bersedia untuk meninggalkan cara hidup lama yaitu sikap dan perilaku yang tidak berkenan dengan kehendak Allah, dan berdampak merusak hubungan antara manusia dengan Tuhan maupun dengan sesama. Maksudnya ialah supaya jangan lagi kita hidup sebagai orang-orang yang tidak mengenal Allah atau jangan lagi hidup jauh dari persekutuan dengan Allah.
Tuntutan untuk meninggalkan cara hidup lama, yaitu melepaskan diri dari kebiasaan-kebiasaan lama seperti hati yang membatu, tidak lagi memiliki rasa malu dan sopan santun, hawa nafsu,kedagingan, serakah dan sebagainya (ayat 17-19)
Semua hal itu mesti dilepaskan untuk mengenakan manusia baru yang dituntun oleh Firman Allah dan Roh Kudus yaitu saling menghormati dan menghargai, saling mengasihi dan memiliki penguasaan diri, panjang sabar, tidak sombong, penuh kerendahan hati, menerima orang lain dalam kelebihan dan kekurangannya, sopan dan penuh pengertian.
Komitmen untuk berada dalam hidup baru, mesti menjadi komitmen iman orang kristen. Manusia baru adalah manusia yang diselamatkan oleh Kristus dan dibaharui oleh kuasa Roh Kudus untuk mendapat/menerima kembali apa yang telah hilang sejak Adam dan Hawa dan Hawa, yaitu kebenaran dan kekudusan.
Hidup baru mesti tercermin dalam sikap, perilaku dan perbuatan yang benar dan kudus, yang setia dan taat kepada Tuhan dan FirmanNya. Dan itulah yang dikehendaki Allah, sebab itu hendaklah kita hidup sebagai manusia baru didalam Kristus, berjalan bersama Yesus, meneladani pola hidup dan pelayanan Yesus, niscaya kita diberkati dan diselamatkan.....Amin.
HSL
Sabtu, 30 Mei 2009
JADILAH TELADAN MELALUI HIDUPMU
I Timotius 4 : 11 – 16
Timotius adalah seorang anak muda yang berpotensi memiliki kemampuan kecakapan sehingga dipakai oleh Rasul Paulus untuk menjadi rekan sekerjanya. Timotius ditugaskan oleh Rasul Paulus untuk mengajarkan nilai-nilai hidup kristiani kepada orang lain, walaupun usianya masih relatif muda.
Untuk melaksanakan tugas itu, Timotius diharapkan memiliki keberanian, dan musti menjadi pola anutan, sehingga walaupun ia masih sangat muda, orang lain tidak meremehkannya dan menganggapnya rendah (bandingkan I Kor 16:10-11)
Bahkan Timotius seharusnya dapat menampakkan diri dihadapan semua orang sebagai teladan untuk dapat diteladani (Fil 3:17, dan II Tes 3:9), bukan hanya dalam pengajarannya tapi juga melalui perilakunya yang selalu penuh kasih, kesetiaan, dan keutuhan sebagai inti penerapan ajaran itu.
Sebagai seorang yang memiliki karunia yang istimewa, Paullus menasihati Timotius dan juga kita agar tidak boleh melupakan karunia itu dan harus dipergunakan bagi pelayanan kepada Tuhan dan sesama. Kemampuan melayani yang diberikan Allah itu akan menjadi lebih bermanfaat ketika dalam pelaksanaannya kita melibatkan banyak orang, untuk membangun kerjasama diantara kita semua.
Kerjasama yang terbangun tersebut bertujuan untuk saling melengkapi, menopang dan menguatkan satu dengan yang lain. Hanya dengan berbuat demikian pekerjaan pelayanan itu akan berjalan dengan baik dan mendatangkan hasil yang berdaya guna.
Tuhan mempercayakan tanggung jawab pelayanan itu bukan saja kepada Timotius dan rasul-rasul yang lain tetapi juga kepada kita semua.
Karena itu sebagai anak-anak Tuhan yang memiliki kasih karunia Allah mestinya dapat menunjukkan pelayanan yang baik juga kepada orang lain, dan itu dimulai serta terwujud dalam hubungan yang harmonis diantara suami istri, orang tua dan anak serta saudara bersaudara,......Amin
Minggu 31 Mei 2009
KONSEKUENSI HIDUP BARU
Efesus 4 : 25 - 30
Hari ini kita kembali memperingati Hari Raya Pentakosta, Hari curahan Roh Kudus. Sebagai penolong yang dijanjikan Yesus bagi orang-orang percaya ( Yohanes 14 : 16,17). Dengan tuntunan Kuasa Roh Kudus, Yesus menjadikan para murid menjadi manusia-manusia baru ( II Kor 5:17). Dan melalui peristiwa pencurahan Roh Kudus para murid memperoleh tugas khusus untuk memberitakan injil baik di Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung dunia (Kis 1 : 8)
Roh Kudus ini jugalah yang membaharui manusia yang berimankan Yesus mengalami dan menjalani hidup baru. Untuk mengalami hidup baru, tidaklah semudah kita membalikkan telapak tangan. Hidup baru dapat terjadi melalui suatu proses yang panjang dan mesti berlangsung secara terus menerus sepanjang hidup. Hal ini berkaitan dengan eksistensi manusia sebagai makhluk ciptaan yang fana, terbatas dan mudah rapuh.
Dalam kefanaan dan keterbatasan, manusia cenderung hidup menurut keinginan hawa nafsu kedagingan yang membuat manusia menjadi lupa diri, dan mudah sekali jatuh kedalam dosa. Sehingga mau tidak mau manusia harus mengalami pertobatan dan pembaharuan hidup dari waktu ke waktu. Sebagai konsekuensi dari hidup baru, maka kehidupan yang lama harus dibuang, seperti hidup yang suka berdusta, mengucapkan kata-kata kotor, mencuri, membenci, marah, dendam, cemburu, iri hati, suka melecehkan sesama dan sebagainya.
Jadi semua sifat lama yang tidak menyenangkan hati Tuhan, tidak punya kepedulian terhadap sesama, hidup hanya mementingkan diri sendiri, perbuatan dosa yang sangat keji, semua itu harus dibuang dari kehidupan orang kristen. Sebaliknya orang kristen mesti memiliki sifat hidup yang semuanya diarahkan untuk memuliakan Tuhan Yesus, dan membawa berkat bagi sesama, karena hal itu merupakan kekuatan besar dan potensi yang sangat dinamis yang menjadikan hidup kita sangat bermakna dan berarti bagi kemanusiaan dan kemuliaan Tuhan.
Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang akan yang lain. Jangan menyimpan amarah dan dendam sampai matahari terbenam, jangan mencuri, tetapi bekerja keraslah, lakukan pekerjaan yang baik dengan tangan sendiri sehingga dapat hidup berbagi dengan sesama. Itulah bukti kongkrit dari pola hidup baru seperti yang dinasihatkan oleh Rasul Paulus bagi semua orang kristen.
Tema bulanan kita ”Persekutuan yang saling membaharui” mengisyaratkan kepada kita untuk tetap membangun hidup dalam persekutuan yang saling menasihati/tolong menolong. Kita bisa menikmati hidup persekutuan yang saling membaharui, bila kita bersedia memelihara dan melakukan semua nasihat Yesus dalam keseharian hidup kita,.........Amin
HSL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar